screenshot 20240528 141331 1

Foto atas dan bawah : Dr. Ir. H. Akris Fattah Yunus, MM

screenshot 20240528 141405 1
Pemimpin Donggala nanti, idealnya sosok yang tahu potensi yang ada. Mengerti — sekali lagi — memahami adat, budaya setempat serta yang bisa “memoles” maju daerah tersebut untuk bisa keluar dari ketidak berkembangan.

Mengabdi kurang lebih 31-an tahun, bukanlah waktu yang singkat bagi Dr. Ir. H. Akris Fattah Yunus, MM untuk mengetahui, juga paham benar, profil, teritori dan karakteristik masyarakat berjuluk “Kota Tua”, Donggala.

Maka, jika muncul dorongan agar Akris maju dalam kontestasi Pilkadabub untuk Donggala 2024, rasanya adalah sebuah keniscayaan. Sebab, bukankah yang bisa memimpin satu daerah, adalah sosok yang tahu potensi daerahnya, sangat mengerti — sekali lagi — memahami adat, budaya setempat serta yang bisa “memoles” maju daerah tersebut untuk bisa keluar dari ketidak berkembangan. Donggala yang masih begitu-begitu saja dari dulu dan kini, harusnya dibangun bertahap dan paripurna. Seharusnya Donggala sebagai “saudara tua”, sudah lebih maju berkilau dibangun dengan paripurna. Tidak gelap seperti saat ini.

Figur bagaimana yang dapat “melahirkan” kembali Donggala? “Donggala Baru”, yang — walau tidak meninggalkan identitasnya sebagai “Kota Tua” — namun akan mampu berlari mengejar kesejajarannya dari 11 kabupaten dan satu kota, di bawah “payung” Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Itulah pemimpin yang didambakan bisa membawa perubahan bagi Donggala dan masyarakatnya.

screenshot 20240528 141354 1
Kansnya besar menjadi orang nomor satu memimpin Kabupaten Donggala lima tahun kedepan.  Kendati berkali-kali ia mengatakan, sebenarnya belum berkeinginan maju.

Apa komentar Dr. Akris Fattah Yunus saat disinggung soal kansnya yang besar menjadi orang nomor satu memimpin Kabupaten Donggala lima tahun kedepan? Kendati berkali-kali ia mengatakan, sebenarnya belum berkeinginan maju. “Tapi jika Allah SWT – Tuhan Yang Maha Kuasa berkehendak, kita lihat nanti seperti apa. “Kedepan, Daerah Otonomi Baru (DOB), jadi perhatian saya untuk memekarkan Pantai Barat,” kata Akris Fattah Yunus.

Menurut Akris, sedikit banyaknya ia faham eksistensi Donggala karena cukup lama ikut “mendandani” wilayah yang memiliki 16 kecamatan, 158 desa dan sembilan kelurahan.
“Dokter, akan sulit meraba apa sakit pasiennya jika tak melakukan diagnosis. Begitulah jika bicara soal Donggala,” tutur Akris, saat disambangi santai CBN dan Sulteng Ekspres.com, di ruang kerjanya, Kantor BPBD Sulteng di Palu, Senin (27/5/2024) petang.

Ya kata Akris, penyebab penyakit tidak akan ketahuan, tanpa melakukan diagnosa. Bahwa Kabupaten Donggala adalah wilayah yang menyimpan ragam potensi kekayaan natural resources (Sumber Daya Alam), yang akan bisa membawa kemakmuran bagi rakyatnya. Tentu, jika semua potensi yang ada, bisa dikelola optimal dengan maksimal. “Saya ini istilahnya orang di dalam. Artinya, bukan baru di Donggala. Sehingga soal
tahu kisi-kisi daerah ini, pastilah. Jadi, saya bisa mendiagnosa Donggala kendati tidak seratus persen, namun saya tahu,” tukas mantan Kadis PU Donggala dan sebelum menduduki kursi BPBD Sulteng, sempat suntuk menjadi Kepala BPBD Donggala. Artinya apa? Tidak sedikit buah tangan alumnus S1 Teknik, S2 Ekonomi dan S3 Sospol Kebijakan yang — karya dan karsanya — telah ia dedikasikan buat pengembangan Kabupaten Donggala.

screenshot 20240528 141411 1
Dalam prespektif saat ini adalah sebuah realita, Donggala telah dan akan menjadi bagian penting penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Bukan hanya Sirtukil (Pasir, Batu dan Kerikil) yang menjadi andalan Donggala. Karena masih banyaknya potensi lain — baik di darat dan di lautnya — belum semuanya memberikan berkah lantaran belum semua tergali.

Bagaimana seharusnya penata kelolaan kelembagaan, pemerintahan, mengatur pegawai, pemwilayahan, dan keunggulan komparatif lainnya dengan komoditi bernilai ekonomi tinggi, di tiap-tiap wilayah. Itulah yang harus dilakukan kedepan.

Dalam prespektif saat ini adalah sebuah realita, Donggala telah dan akan menjadi bagian penting penyangga Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim), lantaran kedekatan posisi. Bukan hanya Sirtukil (Pasir, Batu dan Kerikil) yang menjadi andalan Donggala. Karena masih banyaknya potensi lain — baik di darat dan di lautnya — belum semuanya memberikan berkah lantaran belum semua tergali.

Membangun Donggala sebut Akris Fattah, tidak lepas dari dinamika memacu infrastruktur dan bayangan kemiskinan. Maka, bagaimana pemimpin nanti, bisa memanfaatkan potensi SDA yang dimiliki Donggala, untuk disulap menjadi pundi-pundi pendapatan.

Jujur kata Akris, dari sisi pendapatan, Kabupaten Donggala kecil. Kendati ia salah satu penghasil
tambang galian pasir batu (Sirtu) atau Galian C, seperti yang sudah dipapar sebelumnya. Angka kemiskinan daerah yang lahir 12 Agustus 1952, masih 16,25 persen dari jumlah penduduk “Itu sebab, kuncinya, bagaimana kita membawa Donggala kedepan dengan segenap potensi yang miliki. Berpulang pada visi misi, siapa pemimpinnya ke depan, yang harus mampu memanfaatkan potensi utama Donggala,” tukas Akris.

screenshot 20240528 141222 1
Masih banyak “PR” yang harus dipikirkan calon pemimpin Donggala nanti.

Lalu, apa potensi utama yang dimaksud itu? Donggala dimata Akris, menyimpan keunggulan sektor pariwisata. Land mark (spot wisata andalan – red) – nya, tak kalah dari Bali, NTB atau Sulawesi Utara (Sulut). Destinasi dan resor-resornya memiliki nilai jual tinggi dan menjadi salah satu andalan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Di Donggala tunjuk Akris yang berniat bulat jika beroleh kepercayaan, survei dan dukungan penuh masyarakat untuk menjadi orang nomor satu di Donggala,
begitu banyak spot wisata yang bisa memanjakan mata dan jiwa siapapun. Spot-spot itu, memiliki kelebihan-kelebihan. Terutama, karena Donggala memiliki garis pantai yang panjang dan pesona baharinya cukup memukau. Namun semua itu apakah sudah memenuhi kesiapan dari sisi infrastruktur? Jawabannya belum. Sebab, masih banyak “PR” yang harus dipikirkan calon pemimpin Donggala nanti.

screenshot 20240528 141228 1
Mengapa tidak nama “Kota Tua” disematkan kepada Donggala dan kepantasan itu adalah fakta. Di Sulteng tidak ada lagi kota tua, hanya Donggala.

Setidaknya yang pertama dan utama akan ia lakukan gambar Akris — andai Allah SWT meridhoi — bagaimana menumbuhkan kembali sebutan dan cap Donggala sebagai “Kota Tua”. Nama itulah yang harus disulap menjadi pemikat dan magnet, hingga sebutan “Kota Tua” benar-benar menjadi ikon dan brand – nya Donggala.

Jika di Bandung ada Jalan Asia – Afrika dan itu sudah menjadi ikon ‘Kota Kembang”, mengapa tidak, nama “Kota Tua” disematkan kepada Donggala dan kepantasan itu adalah fakta. Di Sulteng tidak ada lagi kota tua, hanya Donggala satu-satunya yang dimiliki Sulteng. Donggala juga punya Pelabuhan Tua serta kawasan pemukiman dan bangunan rumah di kompleks pertokoan berasitektur peninggalan Belanda. Jadi begitulah. “Inilah semua yang akan kita jual,” kata Akris.

screenshot 20240528 141141 1
“Biarlah dulu. Biar semua mengalir seperti air.”

Lokasi-lokasi yang disebutkan Akris, akan dijadikan cagar budaya dengan tidak mengambil alih hak kepemilikan. Daerah akan memeliharanya menjadi spot wisata sejarah yang dapat dimasukkan dalam “Calender of Event”, sebagai objek kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) serta wisatawan nusantara (Wisnu) atau pelancong lokal. Hak milik masih tetap ditangan penduduk di area tersebut. Jadi, samasekali tidak merubah konstruksi, tapi mempertahankan keaslian bentuk dan matrial bangunan yang ada untuk tetap dilestarikan.
“Jika Insyaallah saya jadi Bupati Donggala, akan saya terbitkan Perdanya,” itu janji Akris.

Nah, soal apakah sudah ada kriteria pendamping Akris untuk maju di Pilbub? Apakah harus laki-laki atau perempuan dan dari kalangan serta latar belakang apa? Juga mungkinkah sudah ada partai yang telah deal ditumpangi Akris untuk bertarung di kursi “01” Donggala yang sudah di depan mata? “Biarlah dulu. Biar semua mengalir seperti air,” ungkap Dr. Ir. H. Akris Fattah Yunus, MM. Untuk itu, ikuti sorot sosok bagian kedua.* jay – penggalan pertama

Share :