screenshot 20240703 162531 2

 

screenshot 20240703 132442 2
Aceng Lahay
screenshot 20240703 133423 2
Septic tank yang tidak ditanam
img 20240628 145159 360
Kran yang “mampet”

Palu, Sulteng – Cakrabhayangkaranews.com (CBN)Proyek Jamban Sanitasi yang dianggarkan puluhan miliar di sejumlah desa di Kabupaten Tojo Unauna (Touna), Sulawesi Tengah (Sulteng), diminta berbagai pihak agar diseriusi oleh Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulteng. Sebab, masalah ini sudah masuk penyelidikan (Lidik) Kejati Sulteng yang beberapa waktu lalu, mengirim tim untuk “turun lapangan” dan melakukan peninjauan langsung ke lokasi proyek. Bahwa status Lidik atas kasus ini sudah harus ditingkatkan menjadi penyidikan (Sidik). Sebab, ada kesan “pembiaran” kasus ini hingga berlarut, lamban dan “berjalan di tempat”.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Garda Keadilan Nusantara (GKN) Sulteng Aceng Lahay yang sudah menyorot kasus ini dari awal, kini mendesak Kajati Sulteng untuk meningkatkan penyelidikan proyek sanitasi ini dari Lidik
ke Sidik. “Kajati Sulteng harus segera tingkatkan penyelidikan kasus sanitasi Touna menjadi penyidikan,” tegas Aceng Lahay kepada CBN, Rabu (3/7/2024) di Palu.

Aceng Lahay yang baru-baru ini turun ke Desa Uetoli, Kecamatan Ampana Tete dan Desa Cempa, Kecamatan Ulubongka, Touna, melihat langsung jamban plastik hanya dipasang sekenan di atas tanah belakang rumah penduduk. Septic tank nya tidak ditanam. Ada yang sudah pecah-pecah. Bahkan sebagian yang masih bagus, dimanfaatkan masyarakat untuk menampung air. Ada bangunan untuk dudukan closet yang tidak jadi dibuat. Komponen jamban plastik hanya diletakkan dengan galian dangkal, sungguh adalah proyek asal-asalan saja.. Atau jamban sanitasi tanpa dinding, apalagi atap. “Ini adalah proyek akal-akalan yang hanya merugikan rakyat karena tidak tepat sasaran plus membuang-buang anggaran pemerintah. Maka, harus diusut tuntas hingga ke akarnya,” tegas Aceng. Ia meminta, agar Kejati menyeret semua oknum yang terlibat tudak terkecuali dan tanpa pandang bulu. “Yang terbukti, giring senua ke kursi pesakitan,” tegas Aceng.Lahay.

satu sumber di Touna kepada CBN membeber, proyek jamban sanitasi tersebut, dianggarkan sebesar Rp. 22 Miliar. Dari APBN Rp. 20 Miliar, kemudian sharing dana APBD Touna tahun 2022 Rp 2 Miliar.

Proyek yang oleh penduduk diistilahkan ‘”proyek Abunawas” jamban plastik, sama sekaku tidak bermanfaat karena memang tidak bisa dimanfaatkan. Bahkan informasi yang diperoleh CBN bahwa proyek jamban ini sudah untuk yang ketiga kalinya. Dan, semuanya jadi mubazir.

Info dari aparat Desa Uetoli bahwa yang mereka tahu, yang mengadakan proyek ini adalah Dinas PUPR Touna. PUPR Tounalah yang melaksanakan proyek ini dan masyarakat selaku penerima manfaat justru tidak bisa menikmati manfaatnya.

Sama halabya air bersih yang turun di Desa Uetoli, seperti “Setali Tiga Uang”dengan jamban sanitasi. Air di kran juga tidak mengalir. Saat uji coba, seolah-olah air mengalir. Padahal, hanta dialirkan melalui jerigen punggung. “Saat diuji coba memang airnya mengalir. Tapi airnitu dipompajan dari semacam jerigen di punggung yang kemudian dialirkan ke kran,” sumber CBN lainnya, membuka kartu. Proyek air bersih tersebut tambah sumber, hampir bersamaan proyek jamban. Namun proyek jamban untuk peruntukkan sejumlah desa di Touna. Sedangkan, proyek air bersih hanya untuk Desa Uetoli, beber sumber tanpa diketahui jelas berapa jumlah KK yang beroleh alokasi.

Kembali ke Aceng Lahay, melihat sampel kegagalan proyek Sanitasi jamban dan air bersih di Touna, apakah hanya dibiarkan dan Aparah Penegak Hukum (APH) hanya diam tanpa melakukan pengusutan berkelanjutan?

Menurut Aceng, pihak Kejati Sulteng beberapa waktu lalu telah meninjau proyek tersebut. “Pesta demokrasi sudah usai dan tinggal menunggu Pilkada serentak 2024 yang hanya sedikit bulan kedepan. “Kita bekerja untuk rakyat yang hari ini lagi susah. Maka Lidik hingga tuntas persoalan ini. Giring oknum-oknum yang terlibat dan hanya mementingkan kepentingan pribadi dan orang-orangnya tanpa kecuaou,” tegas Aceng.

Menurut Aceng, ini tidak hendak mecari-cari atau mau menggali kesalahan. Tapi mau memposisikan persoalan ini sesuai proporsinya,” tukas Aceng. Bahwa sudah ketiga kalinya proyek hampir serupa turun di Touna dan Uetoli. “Proyek jamban ini dimasukkan bertahap di Touna, tapi semua tidak bermanfaat” tukas Aceng.

Salah satu penduduk menceritakan kepada CBN bahwa seperti proyek air bersih tidak bisa dinikmmati. Di salah satu sudut Uetoli, ada kran umum yang dibuat, tapi sumber airnya dari satu tempat di belakangnya. “Ini hanya rekayasa saja pak tunjuk si penduduk. Kita sudah dibohongi,” kata si ibu sambil menelunjuk.

“Ya, inilah faktanya pak Proyek jamban sanitasi puluhan miliar, juga tidak bisa dinikmati masyarakat. Mau buang air besar tidak bisa digunakan. Saat putar kran, airnya tidak keluar,” tunjuk si ibu dengan kesal. Lalu, apa ini hanya dibiarkan berlarut?* jay

Share :