Sumenep, CBN – Pemkab Sumenep, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), melakukan distribusi air bersih ke beberapa wilayah yang mengalami kesulitan air bersih, akibat kemarau panjang, Kamis (14/09/2023). 

Menanggapi hal tersebut, Kepala Pelaksana BPBD Sumenep, yakni Wahyu Kurniawan Pribadi, memberikan penjelasan melalui kalimatnya. 

“Kami melakukan distribusi air bersih ke beberapa desa yang mengalami kekeringan air bersih. Nah, menurut data, ada 9 desa yang mengalami kekeringan. Untuk itu, kami biasanya menyalurkan 4 tangki air, setiap hari,” ujarnya, Kamis (14/09/2023).

Sebagai informasi, pengiriman air bersih telah dilakukan sejak akhir Juli 2023. Dalam  tahap I,  240 tangki air dengan air sebanyak 6000 liter air bersih, didistribusikan ke desa-desa yang mengalami kekeringan. 

Sementara itu, beberapa desa yang mengalami kekeringan, adalah: Desa Prancak dan Montornah di Kecamatan Pasongsongan; Desa Basoka, Kecamatan Rubaru; Desa Batuputih Daya, Desa Tengedan; dan Desa Badur Kecamatan Batuputih.

Selain itu, beberapa desa yang tergolong dalam keadaan daerah kering kritis, yakni: Desa Batang-batang Daya dan Desa Jangkong di Kecamatan Batang-batang; serta Desa Kombang, Kecamatan Talango.

Meski demikian, Wahyu mengungkap bahwa, air bersih yang didistribusikan ke tiap desa tidak sama, dan dibagikan sesuai dengan tingkat keparahan kekeringan; jumlah dusun; serta jumlah penduduknya. 

Meski begitu, Beliau memberikan penjelasan jika kekeringan paling parah dialami oleh Desa Prancak dan Montornah Kecamatan Pasongsongan. Oleh karena itu, dua desa ini menjadi desa dengan distribusi air terbanyak. 

Beliau pun menjelaskan dalam kalimatnya. 

“Hingga saat ini, kami telah mendistribusikan air bersih sebanyak 90 tangki untuk Desa Prancak. Lalu, kami juga mendistribusikan 60 tangki air untuk Desa Montornah, 30 tangki untuk Desa Kombang, 13 tangki untuk Desa Basoka, 7 tangki untuk Desa Tengedan, 11 tangki untuk Desa Badur, 6 tangki untuk Desa Batang-batang Daya, dan 5 tangki untuk Desa Jangkong,” ucapnya. 

Sebagai informasi, status siaga darurat bencana kekeringan di Sumenep ditetapkan melalui SK Bupati nomor: 188/189/KEP/435.013/2023, yang berlaku selama 183 hari, terhitung mulai 1 Juni – 31 November 2023.

Beliau juga menambahkan, 240 tangki yang akan didistribusikan, akan dilakukan hingga tuntas, dan diperkirakan akan selesai minggu depan. 249 tangki yang akan didistribusikan, dananya berasal dari APBD Sumenep. Sementara itu, yang lainnya, yakni 113 tangki, berasal dari APBD Provinsi.

Nantinya, pendistribusian itu akan difokuskan ke desa-desa kering langka. Untuk wilayah daratan, ada 10 kecamatan yang diprediksi mengalami kekeringan, yaitu: Kecamatan Pasongsongan, sebanyak 4 desa; Ambunten, sebanyak 2 desa; Talango, yakni 4 desa; dan Saronggi, 2 desa. 

Lalu, di Kecamatan Rubaru, ada 4 desa; Batuputih, 10 desa; Ganding, 1 desa; Bluto, 1 desa; Pragaan, 1 desa; dan Batang-Batang 2 desa.

Sedangkan, untuk wilayah kepulauan, kekurangan air bersih, diprediksi ada 8 kecamatan yang akan terdampak hal tersebut, yaitu: Kecamatan Giligenting, 1 desa; Kecamatan Gayam, 4 desa; Nonggunong, 3 desa; dan Raas, 1 desa. 

Selain itu, untuk Kecamatan Arjasa, ada 4 desa; Kangayan, 5 desa; Sapeken, 1 desa; dan Masalembu 1 desa. Sebagai penutup, Beliau menyampaikan penjelasan akan beberapa desa yang akan mendapat pendistribusian air.

“Sebenarnya, ada 51 desa yang terdampak kekeringan. 9 diantaranya kering kritis, dan 42 lainnya kering langka. Nah, yang perlu diketahui adalah, kering kritis itu sama sekali tidak ada air. Kalau kering langka, masih ada sumber air, tetapi lokasinya jauh dan tidak mencukupi kebutuhan,” ungkap Wahyu.

Diyan C.K – CBN

Editor: R.A – CBN

 

Share :