Palu, Sulteng – Cakrabhayangkaranews.com (CBN) – Masuknya PT. Anugerah Teknik Industri (ATI) adalah kabar baik buat masyarakat Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah (Sulteng). Berbagai pihak di Parimo berharap, investasi yang ditanam PT. ATI, akan membawa angin segar untuk masyarakat dan daerah. Terutama nanti terhadap penyerapakan tenaga kerja serta perbaikan ekonomi masyarakat di desa-desa yang akan dikaver PT. ATI. Walau sebelumnya –sedikit — sempat ada “angin” protes dari sejumlah kecil kalangan, namun itu sudah teratasi.
Kurang lebih telah 100-an Ha dan lebih 1.000 Ha dalam perencanaan, areal konsesi yang sudah diukukur secara bertahap pihak PT. ATI dan masih terus berproses. Lima desa yang akan masuk dalam _rencana” areal konsesi PT. ATI yakni, Desa Silanga, Toraranga, Siniui Sagindano, Siniu dan desa Towera, Parimo. Dari informasi ter-update yang dihimpun CBN, plan PT. ATI kedepan, akan membangun Smelter di Desa Siniu.
Kades Siniui Gufran Ali kepada CBN baru-baru ini di Palu mengatakan terkait itu, pengukuran masih fokus di Desa Siniu Induk. Yang sudah diproses pembayaran lokasinya, antara 30 hingga 40 pemilik dan langsung dikirim via rekening. Ada yang luasan tanahnya 1/8 Ha, 1/4 Ha, tapi ada juga yang luas lahannya hingga 1 Ha atsu lebih.
Menurut Gufran Ali, pihak perusaaan — bahkan langsung oleh Direkturnya — sejak beberapa bulan lalu sudah bertemu Pemda. Diikuti pertemuan-pertemuan lanjutan, dalam kaitan penentuan harga yang disesuaikan dengan ketinggian lokasi milik masyarakat dalam posisi di atas permukaan laut (DPL). Berkait pertemuan tersebut sebut Gufran, dibicarakan mengenai pengenaan harga sesuai kelas lokasi berdasarkan ketinggian meter di atas permukaan laut (mdpl).
Dari dataran terendah, tanah dihargakan mulai Rp.12 ribu permeter, kemudian semakin ke belakang Rp.10 ribu, Rp. 7 ribu, Rp. 5 ribu hingga lokasi yang makin jauh di ketinggian, telah fipatok Rp. 2.500 permeter. “Seperti itu yang kemarin disepakati,” kata Gufran.
Memang sebut Gufran, ada sebagian warga ingin harga permeter tanahnya ingin dinaikkan diatas Rp. 12 ribu. Namun sebagian besar sudah sepakat Rp..12.000 sebagai harga terteringgi. “Maka, bagi yang belum setuju dengan harga itu, untuk sementara tidak dilakukan pengukuran, dan tinggal.beberapa saja,” ungkap Gufran Ali.
Kebanyakan katanya, masyarakat sudah setuju dari sebagian kecil yang menolak dan pengukuran terus saja berjalan. Yang sudah lengkap surat-suratnya secara administratif seperti SKPT dan lain-lain, langsung dibayarkan. Kendati pengukuran jalan, tapi baru sebahagian kecil yang dibayarkan.
Lanjut papar Gufran Ali, di Siniu pembayaran lahan lain, diluar tanam tumbuh dihargakan tersendiri. Misalnya untuk kelapa, durian dan cengkeh. Bahkan kalau kelapa – misalnya — setelah dibayar oleh perusahaan — akan dikembalikan lagi ke pemilik. Terserah pemilik mau menjualnya kembali, baik buah maupun batangnya yang bisa diolah menjadi balok-balok kayu dan kemudian bisa menjadi duit lagi. Keuntungan bagi masyarakat pemilik lahan, akan menjadi berlipat. Misalnya, perpohon kelapa dihargakan Rp. 150 ribu. Setelah batangnya dipotong, dibelah sesuai ukuran, akan bisa dijual untuk ramuan bangunan dll. “Makanya, masyarakat lebih diuntungkan oleh perusahaan,” ucap Gufran.
Untuk durian misalnya, dihargakan Rp. 250 ribu perpohon. Cengkeh Rp.. 500 ribu. Sedangkan coklat (kajao) dikisaran antara Rp. 250 ribu keatas, tapi tidaknlebih dari Rp..500 ribu perpohon. “Pokoknya tanam tumbuh yang ada dinilai semua,” beber Gufran Ali.
Bagaimana informasi smelter ? Informasi yang yang didapat Gufran — untuk sementara — bahwa smelter tersebut akan menjadi tempat pembuatan baterai yang bahan bakunya berasal dari.luar. Dan Siniu dianggap tepat sebagai lokasi pembangunan smelter.
Pada prinsipnya tambah Gufran, Pemda menerima dan siap mengawal masuknya PT. ATI ke Siniu. Apalagi, antara pembeli dan penjual sudah duduk bersama dalam penentuan harga. “Tidak benar ada pembengkakan harga disitu. Saya tahu dan tidak demikian adanya. Semua pun masih berproses,” tukas Gufran Ali.
Dari catatan tambahan yang didapat CBN, rencana awal.pembukaan lokasi, diatas 2.000 Ha, tapi yang diizinkan Pemda Parimo hanya kurang lebih 1.200 Ha hingga 1.300 Ha. Lahan di Desa Siniu sendiri yang kemungkinan terbebaskan, antara 200 Ha Hingga 300 Ha saja dan tidak dalam satu hamparan. “Saat ini pembebasan lahan masih difokuskan di lokasi pembangunan smelter untuk 50 Ha pertama dan berada di Desa Siniui.* jay – bersambung