Oleh : Elut Haikal
Kancah politik negeuri kita pada tiap perhelatan Pemilu atau Pesta Demokrasi dalam upaya melahirkan pemimpin yang memiliki jiwa nasionalisme & patriot bangsa, pekerja keras, etos kerja yang baik, jujur adil dan bijaksana, yang sesuai dengan landasan Pancasila & UUD 45, adalah salah satu cita-cita para leluhur & pejuang bangsa pasca kemerdekaan tahun 1945 lepas dari cengkraman pemerintahan Kolonial Belanda selama 350 tahun.
Lepasnya dari pemerintah Kolonial Belanda, terjadi pula peralihan pemerintahan kepada bangsa & negara kita, yang memiliki kepala negara sendiri, yang saat itu ditunjuk Soekarno – Hatta & kabinet kerja yang bersifat formatur untuk mengelola pemerintahan yang berdaulat diakui oleh bangsa-bangsa di dunia.
Yaitu bentuk Negara Republik yang bernama Indonesia, dengan sistem pemerintahan pertama Presidential yg berumur pendek, berubah menjadi sistem parlementer dan kembali ke Presidensial hingga kini, dengan Konstitusi UUD 45, karna negara dan pemerintahan yang belum stabil saat itu,
dan belum dapat melaksana kan Pemilu, mengingat belum terbentuk nya Partai-partai Politik sebagai wadah atau alat untuk meraih kekuasaan, pada situasi ini pemerintahan kita banyak diguncang oleh faktor politik dalam dan luar negeri yang saat itu belum menentu.
Negara kita pasca kemerdekaan ibarat ABG sedang puber bersolek yang diperebut kan oleh dua kekuatan politik yang berorientasi idieologi besar di dunia antara model Demokrasi Liberalisme dengan HAM sebagai kekuatan Supremasi hukum untuk mengatur masyarakat dan pemerintahan yang bergaya feodalisme & kapitalisme, dimana model imprialesme dan kolonialisme pasca usai perang Dunia ke II sudah tidak dipakai lagi.
Dan kekuatan Politik Idiologi Kumunisme yang Centralisme tunggal dibawah kekuasaan satu partai. Adalah dua kekuatan Politik besar yang membelah negara-negara di dunia untuk berorientasi pada idiologinya menjadi pengikut dibawah pengaruh nya.
Mulai dari pemerintahan nya, kepala negaranya ekonomi, dan militer nya adalah model perubahan penjajahan gaya baru dengan Transformasi Faham idiologi pada negara-negara belahan dunia saat itu.
Tentu hal ini tidak sesuai dengan Konstitusi kita pada pembukaan UUD 45 “Bahwa Penjajahan di muka bumi harus dihapuskan” dalam bentuk apapun, namun kadang jarang disadari oleh bangsa kita sendiri.
Malah bangga dengan teori demokrasi liberal dan komunis dengan faham itu merasa seolah yang paling tau dan paling negarawan.
Gaya dan cara penguasaan pengaruh kekuatan faham adalah perubahan dari bentuk Kolonial & Imperialisme secara tidak langsung.
Tentu hal ini sangat bertolak belakang dengan pemikiran hasil prodak bangsa yaitu politik idiologi Pancasila dan UUD 45 dengan prinsip Politik Bebas Aktif dengan tidak memihak salah satu kekuatan manapun dengan sebutan Nomblok, dimana Hukum sebagai landasan kekuatan tertinggi untuk menata pemerintahan & masyarakat kita yang Majemuk dengan berbagai ragam Budaya, Agama, Adat istiadat dan Suku-suku.
Wajar jika negara kita disadari atau tidak dikatakan sebagai Muara atau Delta dari Sumber aliran lima (5) Kepercayaan & kebudayaan peradaban Dunia. Yang masuk dan berkumpul di negeri kita. Mulai dari Hindu, Budha, Islam, Krinten dan Ilmu Pengetahuan Barat yang dibawa Belanda, yang sebelum nya penganut Animisme, dikemas dan disatukan, menjadi prodak landasan Falsafah dan idieoligi bangsa kita yang dituang dalam UUD 45 & Pancasila.
Dimana jejak dan peninggalan semua itu menjadi simbol & situs sejarah kita sebagai bukti nyata bahwa di Indonesia telah berdiri kekuasaan kerajaan-kerajaan dari kebudayaan peradaban besar di Dunia yang ada di Indonesia menjadi satu kesatuan negara republik dengan ciri Bhineka Tunggal Ika.
Semua ini menjadi landasan berpikir atau modal kekuatan negara yg melekat pada jiwa-jiwa nasionalisme yang dapat melahirkan jiwa patriot berdiri diatas kaki sendiri.
Perjalanan bangsa dan negara kita dalam kancah politik pemerintahan selama ini dari awal kepepimpinan Sokarno Hatta yang disebut masa Orde Lama, ke Suharto masa Orde Baru Hingga Fase Reformasi Demokrasi semua bukan tanpa ikut campur tangan kekuatan luar.
Inilah tantangan yangi dihadapi oleh Negara dan pemrintahan kita, berbagai guncangan dari pengaruh politik dalam dan luar negeri sepertinya terus menghantui.
Selama negara kita orientasi politik idieologi luar negeri nya belum ada keberpihakan pada kedua kekuatan besar Dunia.
Selama itu pula dengan berbagai cara dan upaya akan dirongrong dan diguncang oleh kekuatan politik idiologi mereka baik dari dalam kita sendiri yang sudah dilatih & dididik jadi kader-kader faham mereka baik secara langsung ataupun tidak, dengan berbagai cara. Baik oleh kekutan intervensi mereka sendiri atau melaui sekutu- sekutu terdekat nya dan tangan-tangan anak bangsa, untuk mempengaruhi dan menguasai kedaulatan negara kita, agat berada dibawah kekuasaan mereka dengan politik idiologi nya.
Walaupun demikian telah terbukti ketangguhan dan kedewasaan dari jiwa² calon pemimpin dan pemimpin² kita sebelum nya yang digiring kearah perpecahan dengan alat politik sebagai ajang perebutan kekuasaan yang selalu dibentur benturkan dan di adu domba pada setiap perhelatan politik memasuki pemilu. goncangan politik terus mengalir beriringan dengan bromocarah poliitik dalam negeri, yang haus kuasa, yang selalu memainkan moment, untuk mengundang pengaruh luar, untuk mengambil celah ke ikut sertaan dalam memanfaatkan situasi dengan menggunakan tangan orang dalam yg haus akan kekuasaan.
Menggoyang para pemimpin yang sedang berkuasa untuk dijatuhkan, dengan berbagai propanganda untuk mempengaruhi pola pikir tokoh negara, tokoh politik, tokoh militer, tokoh agama dan tokoh pemuda untuk saling tuding dan saling berhadapan, mengarah kepada perang saudara dalam arena politik untuk melepas kan dari pemegang kekuasaan
Keadaan dan situasi pada peristiwa besar yang pernah terjadi di negara kita seperti peristiwa perebutan kekuasaan oleh paham politik luar melalui tangan anak bangsa pada peristiwa tahun1948, 1965, dan peristiwa 1998, dst. Seakan hampir pada titik nadir yang diperkirakan tak dapat dikendalikan akan terjadi kekacauan seperti di Timur Tengah, hal ini kadang diluar ekspektasi kita. Ajaib nya tidak ada satupun dalam peristiwa politik yang genting sekalipun dengan kejatuhan kekuasaan para pemimpin kita, yang rela mengorban kan negara dan rakyat nya terjadi Chaos atau perang saudara akibat rakus akan kekuasaan. Jika kita amati dari berbagai peristiwa yang ada yang didorong pengaruh politik kekuatan besar dari luar, tidak berjalan sesuai rencana nya
Padahal segala dukungan finansial, ekonomi, militer serta jaminan keaman bagi pengikut nya, mereka berikan bila perlu sokongan menjadikan keadaan terburuk sekalipun disegala sektor diupayakan agar bangsa ini terpuruk dan dapat dikuasai nya.
Tetapi bersyukur lah, bangsa ini masih tetap utuh. Tuhan masih bersama kita ditopang jiwa patriot dan nasionalisme yang tinggi telah tertanam tumbuh dan semakin kuat dalam kedewasaan berpikir kebangsaan dalam berpolitik yang saling mewariskan jiwa kebesaran mereka pada generasi nya, yang tidak mau mengorban kan bangsa dan negara demi kekuasaan.
Hanya sisi kelemahan nya bahwa pelaku politik, para tokoh & Birokrasi Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif tidak dapat menegakkan kedalulatan hukum secara tegas dan maksimal demi keadilan, terhadap kejahatan negara dgn jalan KKN, semua menjadi mati kutu yang dapat dikendalikan dengan mudah oleh para Oligator, bromocarah politik & ekonomi yang tidak memiliki jiwa-jiwa nasionalisme dan patriot. Semua menjadi mati kutu tak berdaya, terhadap pelaku KKN.
Yang pasca reformasi malah yang denikian itu sudah dijadikan semodel budaya tradisi yang dilegal kan untuk kepentingan nya.
Perjalanan bangsa ini sudah banyak terkuras baik isi buminya, tenaga masyarakat nya, masih kah bamgsa ini kedepan diatur oleh pengaruh bangsa lain ?
Atau diatur oleh bangsanya sendiri untuk kepentingan kekayaan nya dimana kekuasaan hanya dijadikan alat kepentinga kelompok & negara luar sebagai penyokong nya. Sementara masyarakat hanya jadi bagian dari exploitasi saja.Tanpa menikmati nya ?
Perlu di ingat bahwa bangsa kita barada dipangkuan kolonial belanda selama 350 tahun, terdidik dan terlatih mahir oleh gaya Peodal penguasaan tanah atau wiliyah oleh seorang atau golongan yang tanpa kerja berhak atas hasil nya, secara politik penguasaan Negaara / pemerintahan.
Dan gaya Kapitalis yaitu penguasaan Modal oleh seorang atau golongan yang tanpa kerja brrhak atas bagian atau keuntungan.
Yang diterapkan pada masyarakat kita menjadi sebuah warisan Belanda yang mengakar dalam pola pikir bangsa ini, membentuk menjadi watak dan karakter kita.
sehingga selepas dari kolonial Belanda, gaya dan cara ini diambil alih oleh orang-orang kita yang disebut Belanda Hitam sudah menjadi model gaya hidup bangsa kita yang di ibaratkan “Duri dalam Daging”.
Bahwa dalam darah daging kita, watak dan karakter bangsa setidak nya sudah melekat dalam diri kita gaya kolonial, feodal dan kapital disadari atau tidak sudah terdidik selama 350 tahun. Tetapi bersyukur kita masih memiliki rem oleh keyakinan Agama, sehingga bangsa ini tidak blong segalanya dalam berbangsa & bernegara.
Tetapi soal karakter kejujuran dan ketegasan Barat dan China lebih unggul dan jujur pada pemberantasan kejahatan KKN Oligarki dalam mengelola pemerintahan yang bersih demi bangsa negara nya.
Bangsa ini sedang menunggu kelahiran pemimpin yang bukan saja memiliki jiwa nasionalis dan patriotis tetapi jiwa-jiwa yang akan menegakkan keadilan & kesejahtraan.
Bukan yang berjiwa penghianat merusak keadilan membiarkan KKN, penggelapan / penyelundupan barang ilegal, tambang ilegal, industri ilegal, perjudian, narkoba, jual beli kasus hukum dll yang tumbuh berkembang biak. Sebagai biang keladi kemiskinan dan kerusakan negara yang sama kejam nya dengan kolonialisme atau bahkan lebih kejam.
Mampu kah pelaku sejarah bangsa ini kedepan rela berbuat adil dan mengngikis semua itu menjadi 0 %, sperti negara Kanada dan China ?