Gotontalo – Cakrabhayangkaranews.com (CBN) –Sejumlah Guru Besar UNG (Universitas Negeri Gorontalo) meminta Mendikbud memeriksa keabsahan penyetaraan ijazah S3 rektor mereka, Eduart Wolok, karena ijazah tersebut diperoleh melalui program kuliah kelas Sabtu Minggu di IPB Bogor. Menurut mereka ijazah program kuliah Sabtu Minggu tidak bisa dipakai untuk penyetaraan.

Disebutkan, Eduart mengikuti program kuliah Sabtu Minggu di IPB pada tahun 2017 dimana pada saat yang sama dia sedang menjabat sebagai Wakil Rektor sehingga tidak mungkin yang bersangkutan berada di dua tempat di waktu yang bersamaan.

Menurut mereka sesuai surat edaran Kemenristekdikti, program kuliah Sabtu Minggu sudah dilarang dan ijazahnya tidak bisa dipakai untuk penyetaraan.

Menurut cerita seorang dosen, Eduart mengajukan usulan penyetaraan ijazah S3 ke BAKN (Badan Administrasi Kepegawaian Negara) 4 tahun silam tapi ditolak karena ijazah S3 Eduart diperoleh melalui program kuliah kelas Sabtu Minggu tetapi entah kenapa diam-diam usulan penyetaraan diterima. Ijazah S3 yang sudah lulus penyetaraan kemudian dipakai Eduart sebagai syarat ikut pilrek (Pemilihan Rektor) kala itu. Kata dia, Mendikbud nanti akan tahu sebab mengapa sampai usulan penyetaraan bisa diterima bila sudah memeriksa kasus ini

Sebelumnya sekitar empat puluh Guru Besar dan dosen sudah menyurati Mendikbud mempersoalkan proses penyetaraan ijazah S3 Eduart tapi tidak ada tanggapan.

Mengutip kabarpublik.id, Kabid Kepangkatan BAKN Pusat Syahbudin pernah menolak memproses usulan penyetaraan ijazah S3 Eduart sebab setelah diteliti, kata Syahbydin, ternyata betul ijazah tersebut diperoleh melalui kuliah kelas Sabtu Minggu yang sudah lama dilarang oleh Kemenristekdikti.

Belum lama ini pun beredar video yang memuat keterangan Syahbudin pada acara yang digelar L2Dikti. Di acara tersebut Syahbudin terang-terangan menyebut ijazah S3 Eduart tidak bisa dipakai untuk penyetaraan karena diperoleh melalui program kuliah kelas Sabtu Minggu yang sudah lama dilarang Kemenristekdikti. Kata Syahbudin, kasus Eduart sama dengan kasus Direktur Politeknik Manado yang pelantikannya dibatalkan karena ijazahnya diperoleh melalui program kuliah jarak jauh yang juga sudah dilarang Kemenristekdikti untuk penyetaraan.

Kepada CBN, Eduart mengaku Syahbudin sudah meminta maaf atas keterangannya itu.

Sejumlah Guru Besar UNG kepada CBN meminta Mendikbud Nadiem Makarim segera memeriksa keabsahan penyertaan gelar S3 Eduart. “Kami berharap menteri berlaku adil dengan tidak menerapkan standar ganda”, harapnya.

Seperti diketahui Senat UNG telah menggelar pemilihan rektor putaran terakhir pada 6 September dan hebatnya Eduart yang kembali melampirkan ijazah S3 yang disebut Syahbudin tidak bisa dipakai ikut penyetaraan itu – sebagai salah satu syarat mengikuti pemilihan rektor – kembali terpilih secara aklamasi untuk periode kedua.* j – bersambung

Share :