JOMBANG – JAWA TIMUR, Cakrabhayangkaranews.com Sejumlah petani di Desa Gempollegundi, Kecamatan Gudo, saat ini mencoba keberuntungan dengan menanam sayuran. Alasannya, tradisi menanam padi selama ini terus merugi.

”Ini pakai tumpangsari, sekarang tanam kacang panjang. Nanti baru cabai rawit,” kata Jumali salah seorang petani asal Dusun Pilang, Desa Gempollegundi, Jumat (31/3) pagi. Menurutnya, sawah miliknya seluas 4.200 meter persegi semua ditanami kacang panjang dan cabai rawit.

Tidak hanya dirinya, hal sama juga dilakukan petani lainnya. Banyak yang memilih menanam sayuran. Bahkan, beberapa di antaranya menanam sayuran sejak beberapa tahun terakhir. ”Sudah empat tahun tanam kacang panjang, cabai, kadang terong dan mentimun,” imbuhnya sambil beraktivitas di sawah.
Saat ini, giliran kacang panjang dan cabai rawit yang ditanam. Di setiap titik, diberi lubang dengan menggunakan alat, untuk menanam dua jenis sayuran. Baru kemudian dipasang lanjaran .

Ada banyak alasan kenapa dia selama ini lebih memilih tanam sayuran. Di antaranya harga saat panen tak terlalu berdampak signifikan dibanding komoditas lain. ”Kalau padi sama saja malah rugi, biaya tiap tahun bertambah, tapi panen tetap. Harganya kadang turun,” ujar Jumali.

Lebih dari itu, usia tanaman juga tidak terlalu lama. Dua bulan seluruh tanaman sudah bisa dipetik dan beberapa kali panen. ”Kalau timun kemarin satu dua bulan sudah habis, tanamannya sudah diganti, padi agak lama sampai tiga bulan baru panen,” lanjutnya.

Karena alasan itulah dia tak lagi menanam padi. ”Biaya perawatan sayuran memang lebih tinggi, tapi harganya kan kadang tinggi,” sebut dia. Kendati demikian, hama dan penyakit masih menjadi momok. Biasanya, hama menyerang saat sayuran masuk usia 10 hari. ”Hujan pasti ada penyakit, kacang biasanya ulat sama hama kresek,” urainya.
Hal senada disampaikan Samsudi petani lain yang juga menanam sayuran. Namun, tak semua sawah miliknya ditanami sayuran. ”Sawahnya yang berada di dataran tinggi saja ditanam sayur, kalau petani lainnya masih tanam padi,” kata dia.

Pertimbangannya karena alasan kebutuhan air sehingga tak semua ditanami padi. ”Posisi sawahnya tinggi, untuk irigasi kurang. Hanya mengandalkan air hujan,” pungkas Samsudi.

( Andi CBN )

Share :