
Foto atas dan tengah : Sidik Muharam saat memimpin aksi demo dan orasi menuntut segera dibayarkannya hak 143 pemilik tanam tumbuh masyarakat Tandaoleo dan Lafeu di dekat jalan hauling PT. Hengjaya Mineralindo Desa Tangofa
Bawah : Orasi yang dipagar betisi puluhan security PT. Hengjaya Mineralindo
Tangofa, Sulteng – Cakrabhayangkaranews.com (CBN) – Massa dari dua desa, di Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), kembali turun ke jalan dekat alur hauling, PT. Hengjaya Mineralindo yang biasa menjadi koridor pengangkutan ore dari bukit ke Jetty pantai Desa Tangofa, Senin (4/3/2024).
Demo yang dioratori Sidik Muharam itu mendesak PT. Hengjaya Mineralindo untuk segera menyelesaikan hak pembayaran tali asih tanam tumbuh yang sudah dijanjikan perusahaan lewat mediasi yang difasilitasi Pj. Bupati Morowali, Rachmansyah Ismail dalam beberapa kali sesi. Seperti diketahui, terakhir Kamis baru lalu, Pj. Bupati Morowali memerintahkan Wakil
kadis PM-PTSP dan Sekdis Pertanian dan Ketahanan Pangan Morowali untuk mengantarkan 143 nama penerima hak tali asih Desa Tandaoleo dan Lafeu, ke PT. Hengjaya. Diharapkan, pembayaran tali asih ke masyarakat bisa sesegera mungkin dibayarkan perusahaan.

Kembali ke demo di siang Senin siang jelang sore, Kamis (4/3/2024) kata sidik dari balik mikrofon, tidak datang ingin mengganggu aktivitas perusahaan
Tapi hanya ingin menyampaikan untuk mengingatkan tuntutan apa yang menjadi hak masyarakat Desa Tandaoleo dan Lafeu. “Yakni hak saudara-saudaraku dan orang-orang tuaku,” teriak Sidik Muharam dari atas mobil Hilux, sekaligus tempat sound system, mesin genset, mixer dan dua toa pengeras suara sebagai alat penunjang aksi. “Kita hadir di sini dengan aksi damai. Kita ingatkan kembali, jangan sampai PT. Hengjaya lupa, apa yang menjadi kewajibannya, saudara-daudara sekalian,” kata Sidik Muharam lantang.

Kepada CBN usai aksi yang selesai digelar pukul 17.20 WITA, Sidik yang juga sebagai penanggung jawab aksi mengatakan bahwa gerakan demo ini sudah yang ketiga kalinya digekar di dekat jalan hauling perusahaan.
Sidik Muharam menyebut, aksi ini bergerak juga atas nama Forum
Pemerhati Tambang Sulawesi Tengah (FP-TST) dimana dirinya memegang posisi Ketua Umum. Forum yang diketuainya lanjut Sidik, berjuang bersama masyarakat. Dalam demo ini FP-TST bersama berjuang dengan Kesatuan Aksi dan Pendampingan Hukum (K-APH) Masyarakat Tandaoleo dan Lafeu yang Diketuai Irman. “Betul. Saya dan pak Irman diberi kuasa 143 masyarakat Tandaoleo dan Lafeu untuk mendapatkan haknya, yakni pembayaran tali asih tanam tumbuh. Inilah yang kami perjuangkan dan PT. Hengjaya jangan lupa itu,” tegas Sidik Muharam.

Menurut Sidik, yang hadir saat aksi Senin siang hingga sore hari mengawal orasi demo, adalah puluhan masyarakat pemilik tanam tumbuh bersama anggota masyarakat dua desa.
Sebut Sidik, aksi dimulai pukul 12.30 WITA dan sebelumnya star dari Desa Lafeu menuju titik aksi di jalan hauling PT. Hengjaya Mineralindo di Desa Tangofa.
Tuntutan ke PT. Hengjaya tambah Sidik, masih sama.dari dua aksi demo sebelumnya. Yakni persoalan pembayaran ganti rugi tanam tumbuh masyarakat. Kenapa madih terus melakukan aksi demonstrasi? Karena upaya yang dilakukan lewat tahapan mediasi bagi masyarakar Tandaoleo dan Lafeu sudah berkali-kali. Masyarakat sudah lelah, capek namun belum bosan untuk terus berjuang mendapatkah. “Itulah yang saya dan pak Irman kawal bersama teman-teman termasuk media massa,” tukas Sidik Muharam.

Jika kemarin sudah ada upaya Pemda oleh Pj. Bupati Morowali memediasi persoalan ini ke PT. Hengjaya dan melibatkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Morowali plus PM-PTSP, sambung Sidik guna memvalidasi data by name by adres penerima hak. Berapa nominal yang harus dibayarkan perusahaan ke para pemilik tanam tumbuh itu . Tapi sampai hari ini belum ada upaya jelas baik oleh perusahaan maupun pemenerintah.

Sementara dalam catatan CBN, PT. Hengjaya sudah menyepakati pembayaran hak 143 pemilik tanam tumbuh — yakni 70 dari Desa Tandaoleo dan 73 dari Desa Lafeu, yang haknya akan dibayarkan PT. Hengjaya masing-masing Rp. 5 miliar atau totalnya semua Rp. 10 Miliar.
Sidik menegaskan, jika hak masyarakat dua desa tersebut belum juga dibayarkan, maka aksi demo akan dilanjutkan bahkan massa akan membangun tenda di jalan hauling PT. Hengjaya Mineralindo serta di depan Rujab Bupati Morowali, hingga tuntutan masyarakat dibayarkan.* jay – bersambung